Manusia di dunia membutuhkan makan untuk bertahan hidup.
Sumber pangan untuk manusia adalah sumber pangan hewani dan sumber pangan
nabati. Sumber pangan nabati didapat dari tumbuhan. Sumber pangan hewani
berasal dari produk – produk peternakan. Produk pangan hewani umumnya berupa
daging, susu, telur dan ikan yang sangat kaya dengan protein. Sumber protein
hewani yang dekat dengan masyarakat adalah daging. Tingkat kesadaran akan pemberian
protein daging yang rendah terhadap balita akan menyebabkan pertumbuhan yang
terganggu, perkembangan mental, meningkatkan resiko terjangkit penyakit, serta
menurunkan produktivitas kerja. Saat ini konsumsi protein hewani penduduk
Indonesia masih sangat rendah yaitu 4,5 gram / kapita / hari, sedangkan
konsumsi protein hewani masyarakat dunia adalah 26 gram / kapita / hari (Han,
1999). Hal ini merupakan kasus malnutrisi pada balita, hal ini akan
berpangaruh terhadap daya saing SDM yang rendah dalam suatu bangsa terhadap
persaingan di dunia.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia diperkirakan sangat cepat.
Namun, produksi produk peternakan dalam negeri masih belum bisa mencukupi. Bagi
pemerintah ini
merupakan tantangan untuk meningkatkan produk peternakan
serta meminimalkan untuk impor dari luar negeri. Pemerintah telah beberapa kali
mencanangkan program swasembada daging sapi untuk memenuhi kebutuhan pangan
hewani yang sulit terpenuhi. Program swasembada daging ditargetkan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pada tahun 2005, kemudian direvisi menjadi
tahun 2010. Namun, tahun 2010 hal itu juga tidak akan tercapai karena tidak
mungkin dalam dua tahun ditambah populasi bibit sapi 1 juta ekor. Selain itu
tidak tersedianya dana untuk pembelian bibit. Menteri Pertanian sebelumnya,
Anton Apriyantono, mengakui program swasembada daging sapi gagal dicapai karena
laju pertumbuhan populasi kalah cepat.
Permintaan terhadap produk peternakan dari daging sapi lebih
banyak, hal ini cukup potensial untuk ditingkatkan dari segi permintaan
konsumen terhadap produk daging sapi. Permintaan yang meningkat juga dapat
meningkatkan peluang bagi pembangunan usaha peternakan lokal dengan pola
kemitraan. Sistem agribisnis peternakan merupakan kegiatan yang mencerminkan
pembangunan pertanian, industri dan jasa secara simultan dalam suatu kloster
industri yang mencakup empat subsistem, yaitu subsistem agribisnis hulu,
subsistem agribisnis budi daya, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa
penunjang.
Peternakan di Indonesia selama ini harus dibenahi untuk
menghasilkan produk peternakan yang mencukupi kebutuhan masyarakat.
Pemeliharaan ternak yang selama ini hanya sembarangan harus dirubah.
Pemilaharaan harus secara intensif melalui manajemen pakan yang benar,
pemilihan bibit unggul dan memantau ternak dari serangan penyakit. Inseminasi
buatan (IB) dilakukan untuk menghasilkan bibit yang sehat dan baik. Pemilihan
batina dan pejantan yang unggul untuk menjadi induk dan menghasilkan bibit yang
ungul juga. Selain dengan perbaikan pada pengelolaan ternak, hal ini juga harus
memperhatikan kesejahteraan para peternak. Cara yang harus dilakukan adalah
memberikan modal bagi peternak yang ingin memulai usaha, memberikan pengetahuan
yang lebih mendalam tentang bidang peternakan dan menyemangati peternak untuk
tidak putus asa dalam melakukan hal ini, karena selagi masih ada manusia yang
hidup di dunia ini maka peternakan akan tetap dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar